Warga Malaysia Patungan Bayar Utang Negara

Masyarakat Malaysia patungan guna membantu negaranya untuk membayar utang negara yang mencapai 1 triliun ringgit. Langkah ini diambil oleh masyrakat Malaysia untuk memberikan apresiasi terhadap Perdana Menteri pemenang pemiliu tahun ini Mahathir Mohamad.

PM Malaysia tersebut mengatakan akan menyumbangkan 10 persen dari gaji yang ia dapatkan untuk membantu membayar beban utang negara. Langkah ini membuat PM tersebut mendapat banyak pujian sehingga rakyat Malaysia terdorong membuat gebrakan untuk membantuk mengurangi utang Malaysia dengan patungan.

Aksi patungan untuk membantu bayar utang Malaysia ini diprakarsai oleh Nik Shazarina Bakti. Ia melakukan kampanye tersebut di sosial media dan melakukan pengumpulan dana melalui situs Go Get Funding.

Ada pun target yang ingin dicapai adalah sebesar US$ 100.000.

Mendapat apresiasi dari puteri Mahatir Mohamad

Aksi yang dilakukan oleh masyarakat Malaysia ini mendapat dukungan dari banyak pihak. Salah satu dukungan datang dari puteri Mahatir Mohamad yaitu Marina Mahatir.

Melui laman Facebook Marina, ia mengungkapkan bahwa apa yang dilakukan oleh masyrakat Malaysia ini merupakan bentuk kecintaan terhadap negaranya.

“Saya tahu banyak orang ingin membantu dengan utang besar kita. Ini menunjukkan betapa banyak orang Malaysia mencintai negaranya”

Langkah ini memang bukan pertama yang dilakukan oleh negara ini. Menurut Nik Shazarina Bakti, Malaysia yang juga berhasil merebut kemerdekaan dari Inggris dengan cara serupa, dapat membantu negara tersebut dengan cara yang sama.

Indonesia bisa meniru

Langkah yang diambil oleh masyarakat Malaysia ini memang patut diapresiasi, dan ini bisa ditiru oleh Indonesia.

Utang Indonesia yang terus meningkat membuat banyak sorotan kepada pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Joko Wiodo. Tentu saja hal serupa bisa dilakukan oleh Presiden Jokowi dan masyarakat Indonesia untuk melakukan hal seperti yang dilakukan oleh Malaysia sehingga dapat membantu beban utang negara yang telah menumpuk.

Situasi politik di Indonesia yang memang dalam tensi tinggi mungkin akan sulit mewujudkan hal ini. Namun bukan hal yang tidak mungkin bahwa aksi serupa juga dapat dilakukan di Indonesia, demi kemajuan bersama.