Indonesia Diusulkan Percepat Kerjasama Dengan EFTA

Pemerintah Indonesia telah disarankan untuk mempercepat perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif dengan Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA), yang terdiri dari empat negara – Islandia, Liechtenstein, Norwegia dan Swiss – untuk meningkatkan investasi dan perdagangan.

Ronde ke-13 perundingan CETA-EFTA CEPA diadakan pada bulan November, 2017, sedangkan ronde ke-14 dijadwalkan untuk tahun ini.

Ketua Kementrian Ekonomi Strategis dan Internasional (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan bahwa kesepakatan dengan EFTA diharapkan dapat mengurangi hambatan perdagangan untuk produk-produk Indonesia, tidak hanya yang masuk ke anggota EFTA, tetapi juga ke negara-negara di benua Eropa.

“Kesepakatan itu juga akan memperbaiki hubungan kita dengan Uni Eropa karena EFTA dan UE memiliki standar paralel dan peraturan teknis. Ini akan membantu Indonesia menembus pasar Eropa, “kata Yose pada diskusi CETA Indonesia-EFTA yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat, Kamis.

Sementara itu, direktur investasi perdagangan, investasi, dan kerjasama ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Yahya Rachman Hidayat mengatakan pemerintah mengharapkan penyelesaian CETA Indonesia-EFTA untuk meningkatkan investasi dari negara-negara anggota EFTA.

Dia menjelaskan bahwa pada 2014, investasi dari negara-negara anggota EFTA hanya menyumbang 0,5 persen dari total investasi asing di Indonesia, namun pada 2017 jumlahnya meningkat menjadi 4 persen. “Saya berharap investasi EFTA di Indonesia bisa meningkat menjadi dua digit,” kata Yahya.

Kerjasama ini diharapkan dapat menguntungkan kedua belah pihak. Indonesia sendiri memiliki pertumbuhan ekonomi surplus sehingga mendapat banyak kepercayaan dari negara lain untuk bekerja sama terkait bidang perekonomian. Indonesia dibawah komanda Presiden Jokowi terus menggenjot berbagai sektor disisa masa jabatan yang akan berakhir pada 2019 nanti.